Religius




Khutbah Jumat, 20 Mei 2011
Oleh, Ust Jejen, S.Pd.
 di SMP Muhi Yk







Kedudukan dan fungsi Al-Qur’an

Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Di samping itu Dia juga memberikan bekal kepada manusia dengan bekal yang memandunya supaya dapat menjalankan tugas kekhalifahan, yakni Al-Qur’an Al-Karim.
Al-Quran adalah pedoman hidup manusia dalam mengarungi tugas kekhalifahannya di muka bumi, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ ﴿١٨٥﴾
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Namun demikian, yang mampu mengambilnya sebagai petunjuk hanyalah orang-orang yang bertaqwa (lihat Q.S. 2/Al-Baqarah : 2).
الم ﴿١﴾ ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾
 الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾

Asy-Syahid Hasan Al-Banna pernah mengungkapkan bahwa sikap kebanyakan manusia di masa-masa sekarang ini terhadap kitab Allah SWT ibarat manusia yang diliputi dengan kegelapan dari segala penjuru. Berbagai sistem telah bangkrut, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh. Setiap kali manusia membuat sistem baru untuk diri mereka, segera sistem itu hancur berantakan. Hari ini, manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih, dan menangis. Sungguh aneh, karena di hadapan mereka sebenarnya terdapat Al-Qur’an, cahaya sempurna.(Hadits Tsulatsa/23-24)

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Q.S. 26/Asy-Syu’araa: 52)
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي إِنَّكُم مُّتَّبَعُونَ ﴿٥٢﴾

Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan Al-Qur’an sebagai ruh yang berfungsi menggerakkan sesuatu yang mati, mencairkan kejumudan, dan membangkitkan kembali semangat umat sehingga ia bisa menunaikan tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya.

Interaksi dengan Al-Qur’an

Allah SWT menjanjikan bagi orang-orang yang berinteraksi dengan Al-Qur’an akan mendapatkan kemuliaan. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?” (Q.S. 21/ Al-Anbiyaa: 10)
لَقَدْ أَنزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَاباً فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ﴿١٠﴾

Interaksi ini harusnya dilakukan secara utuh baik secara tilawatan (menguasai cara membacanya sesuai dengan kaidah tajwid dan mampu membacanya di waktu siang maupun malam), fahman (memahami kandungan ayat-ayat yang dibaca), amalan (kemampuan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan/membumikan Al-Qur’an) maupun hifzhan (kemampuan menghafalkan ayat-demi ayat Al-Qur’an).

Itulah empat bentuk interaksi yang diinginkan Al-Qur’an kepada setiap Muslim.

Upaya membangun ruh Al-Qur’an bagi kader dan kiat-kiatnya

Agar bisa berinteraksi kembali dengan Al-Qur’an, maka perlu disadarkan kembali kewajiban-kewajiban kita di hadapan Al-Qur’an.

Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengungkapkan beberapa kewajiban Muslim terkait dengan Al-Qur’an yaitu :
  1. Seorang Muslim harus memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh dan kuat bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah SWT. Sistem sosial apa pun yang tidak mengacu atau tidak berlandaskan kepada Al-Qur’an pasti akan menuai kegagalan.
  2. Kaum Muslimin wajib menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus membacanya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui sedangkan kita tidak menjalin hubungan dengan Allah SWT melalui Al-Qur’an. Demikianlah keadaan para pendahulu kita, kaum salaf. Mereka tidak pernah kenyang dengan Al-Qur’anul Karim. Mereka tidak pernah meninggalkannya. Bahkan mereka mencurahkan waktunya untuk itu. Sunnah mengajarkan agar kita mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari tiga hari. Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum Muslimin, beliau mengambil mushaf dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, “Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang ditinggalkan.”
  3. Ketika membaca Al-Qur’an kita harus memperhatikan adab-adab membacanya. Demikian pula saat kita mendengarkan Al-Qur’an harus memperhatikan adab-adabnya. Hendaklah kita berusaha merenungkan dan meresapinya.
  4. Setelah kita mengimani bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya penyelamat, kita wajib mengamalkan hukum-hukumnya, baik dalam tingkatan individu maupun hukum-hukum yang berkaitan dengan masyarakat atau hukum-hukum yang berkaitan dengan penguasa.













Khutbah Jumat, 15 April 2011
Oleh, Ust Jejen, S.Pd.


Ilmu Yang Bermanfaat 

Saudara-saudara kaum muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib mengingatkan utamanya kepada diri saya pribadi dan juga kepada jama’ah pada umumnya, untuk senantiasa meningkatkan taqwa kepada Alloh, dengan sebenar-benarnya takwa yaitu ikhlas menjalankan apa yang telah diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang telah dilarang. Kemudian marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT semata. Allah telah melimpahkan kepada kita sedemikian banyak nikmat. Jauh lebih banyak nikmat yang telah kita terima dibandingkan kesadaran dan kesanggupan kita untuk bersyukur. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam QS Ibrahim: 34:



Selanjutnya khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa berdoa kepada Allah agar melimpahkan setinggi-tingginya penghargaan dan penghormatan, yang biasa kita kenal dengan istilah sholawat dan salam-sejahtera kepada pemimpin kita bersama, teladan kita bersama… imamul muttaqin pemimpin orang-orang bertaqwa dan qaa-idil mujahidin panglima para mujahid yang sebenar-benarnya nabiyullah Muhammad Sallalahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shohabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan kita berdo’a kepada Allah, semoga kita yang hadir di tempat yang baik ini dipandang Allah layak dihimpun bersama mereka dalam kafilah panjang yang penuh berkah. Amien, amien ya rabbal ‘aalaamien.

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Allah berfirman dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11:



“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu, maka berdirilah’, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Menurut ayat tersebut, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa tingkat. Oleh karenanya Allah menyuruh manusia berpikir menggali ilmu pengetahuan, membentuk majelis ta’lim, membaca ayat-ayat Allah, baik ayat yang tertulis maupun yang tercipta yaitu segala sesuatu yang diciptakan Allah misalnya langit, bumi, gunung, bintang, dll.

Kaum muslimin sidang Jum’at yang berbahagia,

Khalifah Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa ada sepuluh kelebihan ilmu dibanding harta, yaitu:
1. Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan dari Fir’aun, Qarun, dan lain-lain.
2. Ilmu selalu menjaga orang yang mempunyainya, sedangkan harta dijaga oleh orang yang mempunyainya.
3. Orang yang berilmu banyak mempunyai teman, sedangkan orang yang berharta mempunyai banyak lawan.
4. Ilmu apabila diberikan kepada orang lain akan bertambah sedangkan harta bila diberikan akan berkurang.
5. Ilmuwan sering dipanggil alim, ulama, dan lain-lain. Sedangkan hartawan sering dipanggil bakhil, kikir, dan lain-lain.
6. Pemilik ilmu akan menerima syafaat pada hari kiamat, sedangkan pemilik harta dimintai pertanggungjawabannya.
7. Ilmu apabila disimpan tidak akan habis, sedangkan harta bila disimpan akan usang dan lapuk.
8. Ilmu tidak usah dijaga dari kejahatan, sedangkan harta selalu dijaga dari kejahatan.
9. Ilmu tidak memerlukan tempat, sementara harta memerlukan tempat.
10. Ilmu akan menyinari hati hingga menjadi terang dan tenteram, sedangkan harta akan mengeraskan hati.

Nasihat yang disampaikan Ali tersebut menegaskan kepada kita bahwa ilmu lebih mulia dari pada harta, dalam mencari harta kita boleh jadi merugi, akan tetapi sejauh mana pun kita mencari ilmu tidak akan pernah ada istilah merugi.

Iqra’ bismirobbikalladzii khalaq, (bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan), surat Al-‘Alaq ayat 1 memerintahkan kepada kita untuk membaca ayat-ayat Allah, memerintahkan kita untuk mencari ilmu, hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim, baik itu ilmu agama atau pun ilmu pengetahuan. Ilmu juga akan menambah keimanan kita, semakin dalam ilmu yang kita gali maka akan semakin bertambah pula keimanan kita.

Saudara-saudara kaum muslimin sidang Jum’at rahimakumullah,

Sebuah penemuan besar di abad XX bahwa seluruh alam raya ini yang terdiri dari langit, bumi, bintang, galaksi, semuanya tercipta dari suatu titik tunggal yang sangat kecil tetapi mempunyai kepadatan tak terbatas. Karena sangat kecilnya titik ini, ilmu pengetahuan menggambarkannya dengan konsep ketiadaan. Kemudian para ilmuwan meyakini bahwa titik tunggal ini meledak, melemparkan semua material ke segala arah dan terciptalah suatu sistem alam semesta ini yang terdiri dari bumi, bintang dan seluruh galaksi. Bumi pada saat itu atau sekitar 4 sampai 5 milyar tahun lalu adalah sebuah planet yang kering kerontang. Dan para ilmuwan kemudian meyakini bahwa periode berikutnya adalah hujan asteroid yang menghantam bumi secara terus menerus. Asteroid ini adalah batuan-batuan luar angkasa yang mengandung bongkahan-bongkahan es yang akhirnya menjadi air yang sangat vital bagi kehidupan di bumi. Ini adalah teori terakhir tentang terciptanya alam semesta termasuk bumi yang diyakini oleh para ilmuwan. Dan sebenarnya, teori yang diyakini ini telah disebutkan Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 30:


“Dan apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30)

Dalam ayat ini disebutkan bahwa awal-mulanya langit dan bumi adalah dari sesuatu yang padu, padu di sini artinya adalah satu titik tunggal yang telah diyakini sebagai asal muasal alam semesta. Kemudian Allah memisahkan antara keduanya (yaitu langit dan bumi), maksudnya dipisahkannya masing-masing bagian dari suatu yang padu ini oleh suatu ledakan dahsyat melemparkan material-material menjadi bintang, planet dan benda-benda antariksa lainnya; dan langit adalah sebagai ruang kosong di antaranya. Dan hantaman yang bertubi-tubi bongkahan-bongkahan es asteroid, merupakan cara Allah mengirimkan air sehingga memungkinkan untuk diciptakannya makhluk hidup di bumi pada periode-periode penciptaan berikutnya.

Kaum muslimin sidang Jum’at yang berbahagia,

Allah berfirman dalam surat Ali-Imran 191,



“(Orang yang berpikir itu) selalu ingat kepada Allah di kala mereka berdiri, duduk, dan berbaring, seraya memikirkan kejadian langit dan bumi, lalu mereka berkata, ‘Tidak sia-sia Engkau ciptakan ini ya Allah, Maha Suci Engkau, dan lindungilah kami dari api neraka.’”



KHUTBAH II


Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah,

Apa yang baru saja saya sampaikan dalam Khutbah yang pertama adalah sebuah contoh bahwa dengan mencari ilmu maka keimanan kita kepada Allah, iman kepada Malaikat, kepada ayat-ayat Al-Qur’an, kepada para Rasul, kepada hari akhir, dan iman kepada takdir insya Allah akan bertambah.

Seorang pelajar atau mahasiswa jika ia berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan ilmu di sekolah dan kampus, belajar matematika, ilmu pengetahuan alam maupun ilmu sosial dengan sungguh-sungguh, maka insya Allah dia termasuk salah seorang ahli dzikir. Orang tua yang selalu mendidik dan mengasuh anak-anaknya untuk menjadi pribadi-pribadi yang tidak mudah menyerah dan selalu berserah diri kepada Allah, insya Allah akan menjadi pahlawan bagi peradaban manusia masa depan.

Seorang pegawai negeri jika ia senantiasa selalu belajar untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan nama Allah, maka ia termasuk sebagai seorang yang amanah. Seorang petani jika ia selalu tekun menggarap sawah dan ladangnya semata-mata ikhlas karena Allah sehingga kebutuhan bahan pangan masyarakat menjadi terpenuhi, maka ia termasuk salah satu pilar bagi tegaknya kehidupan masyarakat dan bangsa.

Dan sudah tentu jika kita semua selalu menghidupkan majelis-majelis ta’lim maka insya Allah akan tercatatlah kita sebagai calon-calon penghuni surga sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

Dari Abu Hurairah RA, “Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda, ‘Barangsiapa yang menempuh suatu jalan bepergian mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.’”

Marilah kita tutup khutbah ini dengan berdoa bersama-sama,

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil ‘alamin,
Allahumma shalli wasallim’ala sayyidina muhammad,
Wa’ala alihi waasbihi ajma’in,
Ya Allah, jadikanlah hari ini menjadi hari ampunan bagi segala dosa kami,
Hari dimana Engkau gantikan segala kegelapan dengan cahaya di hati kami,
Ya Allah, sediakanlah untuk kami sebagian dari rahmat-Mu yang luas,
Berikanlah kami petunjuk kepada ajaran-ajaran-Mu yang terang,
Ya Allah, hiasilah diri kami dengan ilmu yang bermanfaat,
Ilmu yang membawa kepada keluhuran akhlak kami,
Janganlah Engkau hiasi kami dengan ilmu yang membuat kami angkuh di bumi ini,
Jangan pula Engkau hiasi kami dengan ilmu yang membawa permusuhan di antara kami,
Rabbana atina fiddunya hasanah, wafilakhirati hasanah, waqina ‘adza bannar,
Subhanarobbika robbil ‘izzati ‘amma yasifun, wassalamun’alal mursalin,
Walhamdulillahirobbil’alamin.







 
Siraman Kolbu
 by Jejen, S.Pd
SIFAT RAMAH

 Saya ingin sekali bisa ramah, minimal gampang menyapa setiap orang seperti Pak Farid. Karena sifat ramah, ternyata menyehatkan! Sedangkan sifat tidak ra¬mah dan sering bermusuhan akan memperbesar risiko sakit jantung yang termasuk salah satu pe¬nyakit pembunuh nomor satu di dunia.

Fakta tersebut adalah hasil penelitian Dr Tetsuya Ohira dari University of Minneapolis dan koleganya. Mereka menunjukkan bahwa orang yang tidak ramah dan bermusuhan akan kehilangan antioksidan, zat kimia yang mengeluarkan racun dari tubuh. Penelitian mereka melibatkan 3.579 laki-laki dan perempuan ber¬usia 18 hingga 30 tahun dalam studi yang dinamakan Peningkatan Risiko Kardiovaskular pada Orang Dewasa. Penelitian itu mengukur tingkat karo¬tenoid, pigmen yang memiliki sifat-si¬fat antioksidan sangat kuat, serta to¬copferal (vitamin E).

Penelitian itu menunjukkan orang yang memiliki tingkat permusuhan pada permulaan studi memiliki ting¬kat karotenoid lebih rendah pada tu¬juh tahun kemudian. Kondisinya akan semakin buruk bila orang jenis itu me¬rokok dan minum alkohol.

Hmm… menguntungkan sekali kalau kita punya sifat ramah, kan. Apalagi dengan tambahan kebiasaan antirokok dan antoalkohol. Dua kebiasaan buruk ini cenderung membuat seseorang dijauhi oleh orang yang punya kebiasaan hidup sehat, membuat suasana pergaulan kurang nyaman.

Jika kita belum bisa berMKMD (Merasa Kenal Merasa Dekat) dengan tetangga, teman kantor, atau siapa saja, paling tidak kita bisa memberikan seulas senyum terbaik kita untuknya. Senyum menjadi simbol bahwa kita ingin bergaul akrab dengan orang tersebut, salah satu indikator keramahan kita. (http://kokonata.multiply.com, Sumber:Reuters Health)

Jika pria suka marah-marah dan agresif, pasti hormon testosteronnya tinggi. Begitu pikiran kebanyakan orang selama ini. Tapi jangan salah, testosteron ternyata merupakan pemicu sifat ramah, adil, dan baik hati. Peneliti membuktikannya.
Hormon testosteron sering dikaitkan dengan sifat jantan dan agresif. Tapi kini peneliti menyebutkan bahwa hormon itu merupakan sumber sifat ramah, adil dan bersahabat. Penemuan ini bisa jadi terapi untuk membantu mereka yang punya sifat emosional dan meledak-ledak.

Peneliti mencoba hormon tersebut pada 121 partisipan wanita melalui sebuah permainan tawar menawar. Partisipan dibagi dalam dua kelompok, satu kelompok diberi pil testosteron dan kelompok lainnya diberi pil plasebo (obat semu tanpa kandungan bahan kimia).

Dr Christoph Eisenegger dan rekannya dari University of Zurich menciptakan permainan uang dimana peraturannya yaitu partisipan boleh menggunakan cara adil atau tidak adil dalam membagi uang dan bernegosiasi dengan mitranya

Sebelum permainan dimulai, tiap-tiap partisipan ada yang diberi 0,5 miligram hormon testosteron dan ada juga yang hanya diberi pil plasebo.

Hasilnya, kelompok wanita yang diberi pil testosteron ternyata lebih adil dalam bermain, sedikit mengalami konflik dan lebih baik dalam berinteraksi sosial. Sedangkan kelompok yang diberi pil plasebo justru sebaliknya.
"Pemikiran awal yang menyebutkan bahwa hormon testosteron menyebabkan sifat agresif dan egois pada manusia terbukti salah. Itu juga artinya bahwa pria atau wanita dengan testosteron tinggi tidak bisa dihubungkan dengan sifatnya yang temperamen atau agresif," ujar Dr Christoph Eisenegger dari University of Zurich seperti dikutip dari BBC.

Studi ini dimuat dalam Journal Nature dan membuktikan bahwa peningkatan hormon testosteron ternyata justru meningkatkan sifat adil, ramah, dan sifat baik lainnya, bukan sifat agresif dan temperamental seperti yang dipikir orang-orang selama ini dan juga banyak terdapat pada berbagai literatur.
=========================================================================
Materi Khutbah : Ju'mat1 April 2011, Oleh. Ust. jejen, S.Pd.
=========================================================================


Sebab-sebab dilapangkannya rizki seorang hamba
1. Banyak memohon ampun
Maka aku (Nabi Nuh) katakan kepada mereka: “Mohonlah ampunlah kepada Rabb kalian, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat (melimpah ruah membawa kebaikan), dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai (yang penuh dengan kebaikan dan manfaat).” (Nuh 10 – 12)
Dan (Nabi Hud berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabb-mu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang sangat deras (yang membawa kebaikan) atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu (yang sudah kalian miliki), dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Huud : 52)
Imam Al-Hasan Al-Bashri pernah mendapat pengaduan bahwa manusia ditimpa kelaparan dan beliau memberikan solusi untuk memohon ampun kepada Allah. Begitu juga permasalah lain yang menimpa manusia seperti kemiskinan dan kurangnya keturunan. Saat beliau ditanya kenapa melakukannya, maka beliau membawakan ayat di atas.
2. Menjaga diri di atas ketakwaan
Pengertian takwa adalah mengerjakan segala perintah Allah sesuai dengan yang diperintahkan dengan mengharap pahala, serta menjauhi larangan Allah yang telah ditentukan karena takut akan adzab-Nya. Karena dengan ketakwaan inilah seseorang akan dijamin riskinya oleh Allah.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath Thalaaq : 2-3)
Sebagian ulama mengatakan bahwa dengan ketakwaan seseorang tidak akan menjadi faqir. Karena Allah akan memberinya kecukupan baik dari sisi dhahir ataupun kecukupan yang lebih besar dari sisi bathin tatkala seseorang bertakwa dengan sebenar-benar ketakwaan. Inilah hakikat dari makna kecukupan, yaitu seseorang akan merasa tenang dengan yang sedikit dan merasa lebih dengan apa yang dianggap kurang oleh manusia.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tapi kekayaan adalah yang ada di hati” (HR. Bukhari Muslim)
3. Bertawakal kepada Allah
Diriwayatkan dari sahabat Umar bin Khaththab bahwa Rasulullah bersabda, “Andaikata kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, sungguh kalian akan Kami beri rizki sebagaimana burung diberi rizky. Di pagi hari keluar dalam keadaan perut kosong dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR Ahmad)
Rukun agar tawakal terwujud secara nyata
  1. Menyerahkan urusannya kepada Allah
  2. Menjalani sebab-sebab untuk mencapai tujuan tersebut
  3. Meyakini apabila kenikmatan tersebut datang semuanya adalah semata dari Allah
Contoh: Seseorang yang sakit menyerahkan urusan sakitnya kepada Allah, akan tetapi dia tetap berobat, berusaha menyembuhkan penyakitnya. Akan tetapi setelah sembuh dia harus mengatakan bahwa kesembuhannya merupakan karunia dari Allah.
Rasulullah memberikan contoh tawakal dengan burung karena burung tersebut tidak memiliki simpanan makanan. Akan tetapi walaupun dengan kondisi yang demikian, dia di pagi hari keluar mencari riski dalam keadaan perut kosong dan di sore harinya sudah kenyang. Dan burung tersebut tidak hanya berdiam diri di sarangnya, akan tetapi keluar mencari rizky.
4. Mensibukkan diri dengan ibadah
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah mengabarkan bahwa Allah berfirman dalam hadits Qudsi, “Wahai Hamba-hambaku, hendaknya kalian memenuhi waktu (konsentrasi) dengan ibadah, kalau kalian melakukannya Aku akan memenuhi dada kalian dengan kekayaan, dan Aku akan menutupi kefakiran kalian. Kalau kalian tidak melakukannya, Aku akan memenuhi dada kalian dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutup kefakiran kalian.”
Maka hendaknya seorang hamba menyibukkan dirinya dengan ibadah dan tetap berusaha mencari rizkinya. Karena dengan berkonsentrasi terhadap ibadah inilah yang akan mempermudah seseorang dalam mencari rizqy.
5. Mensyukuri nikmat-Nya
Allah berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim : 7)
Rukun untuk mewujudkan kenikmatan
  • Memuji Allah dengan lisannya
  • Mengakui dalam hati bahwa semua nikmat tersebut datang dari-Nya. Apapun kenikmatan yang datang kepada kalian maka itu datangnya dari Allah (An-Nisaa : 79)
  • Menggunakan kenikmatan tersebut dalam ketaatan
6. Istiqomah di atas agama
Allah berfirman, “Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (Al-Jin : 16)
7. Menyambung ibadah haji dan umrah
Rasulullah bersabda, “Terus-meneruslah kalian menyambung antara pelaksanaan haji dan umrah, sebab kedua ibadah ini menggugurkan kefakiran dan dosa-dosa sebagaimana api menggugurkan karat di besi”.
8. Menyambung silaturahmi
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang senang Allah luaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya dia menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari Muslim)
9. Berinfaq dengan pemberian dari Allah
Allah berfirman dalam hadits Qudsi, “Wahai anak adam berinfaklah, maka akun akan berinfaq kepadamu”
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak ada satu haripun yang berlalu kecuali ada dua malaikat yang turun, satu malaikat berkata, Ya Allah, berilah kepada orang yang berinfak di hari ini ganti untuknya. Dan malaikat yang lainnya berkata, Ya Allah berikanlah kerugian kepada orang yang tidak berinfak di hari ini.” (HR. Bukhari Muslim)
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya shodaqoh itu tidak pernah mengurangi harta.” (HR. Bukhari Muslim)
Allah berfirman, “Apapun yang kalian infaqkan dari sesuatu, maka Dialah yang akan menggantinya, dan Dialah sebaik-baik pemberi rizky.” (Saba’ : 39)
10. Berinfaq kepada penuntut ilmu
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik bahwa datang seorang lelaki kepada Rasulullah mengadukan saudaranya yang belajar kepada Rasulullah dan tidak bekerja, maka dijawab oleh Nabi, “Barangkali kamu mendapat rizky dikarenakan saudaramu.” (HR. Imam Ahmad)
Keberadaan penuntut ilmu ditekankan dalam syariat, karena dengan mereka umat Islam akan mendapatkan manfaat yang sangat banyak.
11. Berbuat baik kepada orang-orang yang lemah
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Tidaklah kalian itu mendapatkan rizky dan mendapatkan pertolongan kecuali kalau kalian berbuat baik terhadap orang-orang yang lemah diantara kalian.” (HR. Imam Bukhari)
12. Menjaga shalat lima waktu
Diantara cara menjaga shalat lima waktu :
  • Melakukannya di awal waktu yang utama
  • Apabila laki-laki maka shalat di masjid
  • Apabila seorang kepala keluarga maka memerintahkan anggota keluarganya untuk mengerjakan shalat
Allah berfirman, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepada kalian. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaahaa : 132)
Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas bahwa apabila seseorang memerintahkan keluarganya untuk mengerjakan shalat dan bersabar terhadapnya, maka dia akan dikaruniakan rizky dari arah yang tidak pernah dia sangka.